Kamis, 11 April 2013

Cerpen Kenangan Indah Di Pohon Mangga

Siang ini terlihat sangat mendung. Awan tak seputih kapas. Udaranya mendung namun hawanya sangat panas.
“sungguh aneh dan tak biasa.” pikir ku dalam hati.

Ku tatap kembali pohon dibelakangku yang kini menjadi tempat berteduh RACHEL LOVE VREDO .
“aahhh....aku kangen banget sama kamu Do” aku memandang nama ku dan nama Vredo yang dihiasi ukiran berbentuk love di tengahnya. Yah Vredo adalah kekasih ku, kekasih yang sangat aku sayangi. Dan aku sedang menunggu nya dibawah pohon mangga yang ada di tepi danau ini. Pohon cinta yang menjadi saksi terjadinya cinta ku dan Vredo.
“Aell..” sebuah suara yang terdengar sangat riang memanggil nama ku. Ku alih kan pandangan ku pada arah suara itu dan ternyata dugaan ku benar itu adalah suara Vredo kekasih ku.
“Vredo...”aku berlari menghampiri Vredo di pinggir jalan, Vredo pun ikut menghampiri ku setengah berlari.
“aku kangen kamu Do” aku memeluk tubuh Vredo dengan erat. Vredo pun membalas pelukan ku dengan penuh kasih sayang dan rasa rindu yang mendalam.

“aku juga kangen kamu Ael. 1 minggu serasa 1 tahun bagi ku, aku bener-bener kangen sama kamu cantik, sama wajah kamu dan sama kecerewetan kamu.” kata Vredo sembari mencubit kedua pipi ku dengan perlahan dan penuh kasih sayang.
“oh yah bebh aku punya sesuatu untuk kamu,semoga aja kamu suka yah.” kata Vredo sembari mengeluarkan sesuatu dari saku belakang celananya.
“untuk aku? Apa itu beb?” tanya ku kegirangan.
“tarraaaa.....” seru Vredo sembari menyodorkan kotak kecil berwarna pink yang dihiasi pita berwarna ungu muda dan memberikanya kepada ku. Aku membukanya secara perlahan dan ternyata itu sebuah kalung dengan liontin love agak besar menggantung ditali kalung berwarna perak itu. Ku buka liontin yang berbentuk hati itu, dan nampaklah wajah ku dan wajah Vredo.
“woowww...lucu banget...makasih yah beb.” Aku memeluk vredo lagi. Aku sangat senang bisa ketemu Vredo, setelah 1 minggu kita tak bertemu, karena terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Apalagi kita sebentar lagi ujian, dan karena aku dan dia berbeda sekolah. Jadi jika kita ingin bertemu harus mencari waktu yang tepat. Hubungan ku dan Vredo sudah berjalan hampir 3 tahun. Kita pacaran sejak 1 SMA, Vredo adalah teman SMP ku. Aku sudah tertarik pada Vredo sejak pertama masuk SMP. Tapi Vredo resmi jadi pacar ku saat kita sudah SMA. Dia menggajak ku ke danau ini dan di bawah pohon mangga inilah dia menembak ku. Yah pohon mangga ini lah yang menjadi saksi perjalanan cinta ku selama 3 tahun. Dalam keadaan apapun,baik senang apapun susah aku selalu bertemu disini mencurahkan semua perasaan kita.

Aku dan Vredo bukanlah anak dari keluarga yang mampu, boleh dibilang kita berasal dari keluarga yang sederhana. Tapi itu semua tak menghalangi rasa sayang ku kepadanya karena selain baik dan manis dia juga pintar. Untuk masuk SMA pun dia tak perlu memikirkan biaya sekolah, karena sewaktu SMP dia selalu mendapat rangking 1 dan tentulah ia mendapat biasiswa untuk bersekolah disalah 1 SMA terfavorit dijakarta.
“Ael kamu pakai terus yah kalung ini jangan sampai hilang.” Kata Vredo membuyarkan lamunan ku. Akupun hanya tersenyum manis sembari terus memandangi liontin itu.
“sini biar aku pakai kan.” Sembari memakaikan kalung itu dileherku.
“kamu terlihat lebih cantik pakai kelung ini,aku makin seyang sama kamu, aku harap kamu bisa jadi pertama dan terakhir ku. I LOVE U SO MUCH HONEY.” kata Vredo sembari mengecup kening ku dengan mesra.
“yah pasti itu beb, I LOVE TOO SO MUCH.” Balas ku.
“oh yah kamu udah makan belum? Kita makan yuk.”ajak Vredo pada ku.

Setibanya di kafe yang jarak nya tak jauh dari danau itu. Vredo pun memesan makanan untuk ku dan dia. Sedang asik-asik nya kita menikmati makanan itu tiba-tiba “KEBAKARAN-KEBAKARAN” ada seorang karyawan kafe tempat kami sedang makan siang berteriak histeris.
“kebakaran ?” aku yang masih binggung dan tak percaya,langsung ditarik oleh Vredo.
“ayo cepat pergi dari sini!.” Vredo menarik ku dan menggenggam tangan ku dengan erat. Asap semakin tebal dan api terus menjalar kesetiap ruangan. Aku dan Vredo telah berhasil menyelamatkan diri disebrang kafe. Vredo masih menggenggam erat tangan ku. Keringat dingin yang berasal dari tanganya mengalir perlahan ketangan ku. Tiba-tiba ada seorang nenek berteriak minta tolong. “cucuuu ku.”nenek itu berteriak parau sambil menangis menjerit. Vredo dan aku menghampiri nenek itu.
“ nenek kenapa ? cucu nenek masih didalam ?” tanya Vredo pada nenek itu.
“yah cucu nenek masih didalam, tolong dia nak,nenek mohon.” Ucap nenek itu sambil beruarai air mata. Vredo melepaskan genggaman tanganya pada tangan ku dan hendak berlari namun dengan cepat aku meraih tanganya dan menahanya.
“kamu mau kemana beb?” tanya ku yang panik karena sudah bisa menebak maksudnya.” Aku yakin kamu tau. Plis beb aku pasti bantu anak itu.” ucap Vredo sambil melepaskan secara perlahan tangan ku.
“enggak...enggak boleh bahaya beb. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa?” aku terus menarik tanggan Vredo.
“beb kamu gak kasihan sama nenek itu kalau bukan aku yang menolong siapa lagi? Semua sibuk menyelamat kan diri sendiri.”
“kembali lah untuk ku beb.” ucap ku akhirnya. Aku melepaskan genggaman ku Secara perlahan.
“aku sayang kamu beb.” Vredo mengecup kening ku sembari berlari kedalam kafe yang hampir habis terbakar api semakin membesar. Sedangkan pemadam kebakaran tak kunjung datang.
“ya ALLAH selamatkan Vredo.” Doaku dalam hati. Selama 5 menit tak ada tanda-tanda Vredo keluar. Tak lama berselang terlihat sesosok gadis kecil berlari sembari menangis terisak-isak ketakutan. “cucuku akhirnya selamat, kamu gak papa kan?” tanya nenek itu pada cucunya dengan penuh rasa khawatir. Akupun langsung menghampiri.
“dik dimana kakak yang menolong kamu tadi.?”tanya ku penasaran.
“ada didalam kak, dia gak bisa banggun kak, aku disuruh lari jadi aku lari keluar.” ucap gadis itu. “gak bisa bangun? Maksud kamu apa?” tanya ku yang masih binggung. Aku mempunyai firasat buruk seakan paham akan jawaban dari pertanyaan yang ku tanyakan dari raut wajah muram gadis kecil itu.
“kakak itu tertimpa kayu kak, badanya ikut terbakar kayaknya. Aku lupa, karena aku langsung disuruh lari sama kakak itu.” Jelas gadis kecil itu. Butiran bening air mata ku langsung jatuh membasahi kedua pipi ku. Hati ku terasa tersayat, dan jantung ku terasa dihujam ribuan pisau.
“Vredoooo....” aku berteriak dengan sekuat tenaga yang aku punya. Aku merasa tubuh ku akan terbang, pandangan mataku mulai kabur. Aku mencoba berdiri tapi tubuh ku malah ambruk dan semua jadi terasa sangat gelap.

Saat aku tersadar aku telah berada dirumah sakit bersama orang tua ku. “sayang kamu udah sadar?kamu gak papa kan?” terlihat wajah mama ku yang cemas bercampur panik. “aku gak papa kok ma.” Jawab ku masih memandang sekeliling ku. “bener kamu gak papa?” tanya papa meyakinkan ku. Aku hanya menggelengkan kepala ku. Sesaat kemudian aku teringat akan Vredo. “Vredo..” guman ku sambil beranjak bangun.
“kamu mau kemana sayang?” mama dan papa ku membantu ku untuk bangun. “Vredo ma,keadaan Vredo gimana?”. “Vredo,memangnya kenapa dengan dia sayang?” tanya mama tampak bingung. “Vredoi terjebak di kafe itu!” aku mulai menangis histeris. ”aku harus mencari Vredo!” aku beranjak dari tempat tidur dan meninggalkan kamar rawat ku. “Ael kamu mau kemana?” ku dengar suara mama yang panik, namun aku tak menghiraukanya. Aku terus berlari menyelusuri lorong rumah sakit sambil berlari dengan beruarai air mata.
“Aell..” terdengar suara seseorang memanggil ku. Ku paling kan wajah kuketempat suara itu berasal. Dan betapa terkejutnya aku,saat ku sadar ternyata itu adalah Vredo. “Vredo..” aku langsng memeluk Vredo dengan erat. “kamu kenapa nengis beb?” suara Vredo terdengar seperti biasa, tak ada yang beda.
“kamu gak papa kan beb?” aku mulai membelai wajah Vredo mulai dari rambut,telinga,dan kedua pipinya yang lembut hingga bahu dan kedua tanganya. “aku gak papa, kamu jangan nangis lagi ya? aku sayang kamu beb. I always in your heart.” Vredo mengecup keningku. Aku terpejam. Kurasakan sensasi yang aneh di hati ku. Entah kenapa kali ini kecupanya terasa begitu dalam dan dingin.
“kak Ael..” teriak seseorang dengan suara nyaring. Suara yang masih kanak-kanak. Aku langsung menoleh kearah suara itu. “kakak ngapain disitu.?” Tanya seseorang yang adalah gadis kecil yang ditolong Vredo. “kok kamu tau nama kakak sih? Dan ngapain kamu disini?” tanya ku heran. “aku lagi nyariin kakak.” jawab gadis kecil itu. “cari kakak buat apa?” aku merasa semakin binggung dan aneh. “kakak kenapa ada disini?” gadis kecil itu bertanya lagi kepada ku. “aku lagi sam Vree,”suara ku terhenti sesaat aku menoleh ke temapat Vredo berdiri tadi. Dan aku tlah menemukan Vredo tak ada lagi.
“Vredoo..Vredoo..”aku menyelusuri lorong rumah sakit sembari memenggil nama Vredo. “kak Ael ,kak Vredo udah gak ada.” Ucap gadis itu sambil berlari ke arahku. “maksud kamu apa?”aku menatap tajam gadis itu. “ayo kakak ikut aku.” Gadis kecil itu menarik tangan ku dan menggandengku menuntun kearah sebuah ruangan. Ada 2 oang polisi sedang berdiri di pintu ruangan itu. Aku membaca nama ruangan itu dengan ragu. “ka...mar..ma..yat.” seketika aku langsung mengundurkan langkah ku menjauh dari ruangan itu. Dengan perasaan takut dicampur ragu, aku bertanya pada gadis kecil itu. “mau apa kita kesini?” tanya ku dengan ragu pada gadis itu. “katanya kakak mau ketemu ma kak Vredo.” jawab gadis itu. ”tidak...gak mungkin Vredo ada di dalam.” teriak ku histeris sembari berlari kedalam ruangan itu. Dan aku melihat didalam hanya ada 1 mayat,dan itu mayat Vredo. Kubuka kain penutup wajah Vredo. Terlihat wajah yang pucat dengan luka bakar di sekitarnya. Ku kecup kening Vredo dengan berlinang air mata. Aku teringat ketika Vredo mengecup kening ku saat hendak menolong gadis kecil itu, mungkin itu kecupan terakhir Vredo buat ku.


(Karya: Nining Septia)

CERPEN KEBENCIANKU DENGAN LAKI-LAKI


Saat aku berumur 3 tahun. Aku mempunyai kakak sepupu yang aku cintai. Tetapi ada yang melukainya dan ternyata pacar kakaku sendiri. Sehinga sampai sekarang jenazahnya tidak ditemukan, disinilah ber awalnya aku membenci laki-laki. Tetapi itu berubah saat ku ketemu dengan laki-laki yang baik dan dia mengubahku menjadi berfikir positif dan tidak membenci laki-laki lagi.

Saat ku berumur 3 tahun. Aku mempunyai kakak sepupu bernama Laura Putri Aggraini aku memanggilnya Kak Aura. Dia adalah kakak yang aku sayangi karna hari tanpa hari aku slalu bersama. Dia memempunyai pacar namanya Reinaldo Michael pacar kakakku sering memukulin kakakku. Aku sering menangis saat kulihat kakakku luka di pipinya aku slalu berdoa pada tuhan.


“Tuhan apa salah kakakku sehingga ia mempunyai kekasih sejahat itu bukakanlah hati kakakku biar dia tau kalau pacarnya yang dia cintai tidak pantas untuknya dia sering memukulinnya tuhan kuatkanlah kakak ku agar dia bisa dapat menghadapi cobaan ini”ucap doaku tiba-tiba ada yang mengetok pintu rumah “tok tok tok” bunyi ketokkan mama memanggilku”Imut ada Kak Aura ayo keluar dari kamar”mama memanggilku ternyata yang mengetuk pintu itu kak Aura. Imut adalah panggilanku karna aku imut
“Ada apa kakak kesini tumben mau cerita tengtang pacar kakak yang jahat itu” kata ku sedikit kesal
“Iya adikku yg manis kakak tidak tahan lagi diperlakukan seperti ini terus tapi kakak sangat mencintainya kakak juga yakin Rein itu baik dia tidak sengaja berbuat seperti itu dik bagaimana pendapat kamu”kata kakak ku minta pendapat kepada ku
“Kakak minta pendapatku kakak kenapa harus cinta sama orang yang udah menyiksa kakak dan kalau dia baik tidak mungkin dia berani menggampar kakak memukuli kakak aku tidak mau kak, kakak terus dianggap seperti hewan kakak manusia yang bukan untuk disiksa” kata ku sambil menggeluarkan air mata
“Dik kakak tidak merasa diri kakak disiksa sama Kak Rein, Kak Rein berbuat itu karna dia sayang sama kakak iya udah kalau begitu kakak pulang dulu karna udah sore” kata kakak pamit pulang

Saat kakak pulang aku mulai menangis sehingga mamaku bingung kenapa aku menangis.Mama mungkin berfikir aku masih kecil bicara ku aja masih kepotong –potong.Tetapi hanya kakakkulah yang mengerti perkataanku. Aku menangis karna hatiku, mungkin aku memang masih kecil tapi hatiku bisa rasain bagaimana kalau aku jadi kakakku pasti sakit banget tuhan sudah cukup engkau membuat kakakku tersiksa atas cobaanmu. Aku tak mau kehilangan kakak yang selalu ada utukku yang menghiburku saatku sedih menemaniku saatku kesepian. Pagi hari sangat cerah sekara adalah hari selasa kak aura lagi sekolah
“Imut mau ikut kakak ngga jalan-jalan kalau mau ikut cepat”kata kakakku mengajaku jalan-jalan
“Ikut kak tunggu sebentar aku lagi ganti baju, ayo jalan”kata ku mengajak untuk pergi

Saat perjalanan hatiku aneh banget hatiku bilang pulang jangan terusin ada yang ikutin kamu hatiku benar tiba-tiba ada 3 orang laki-laki memakai topeng. Tapi aku kenal satu dari orang yang bertopeng ini seperti Kak Rein, 2 orang laki-laki menarik kakakku 1 orang lagi menarik rambut itu aku rasa sakit banget
“Jangan tarik rambut adikku, kalian boleh menyiksaku tapi jangan adikku dia tidak salah” kata kakakku sambil menangis
“ Ok kita tidak akan menyiksa adik tersayangmu tapi aku hanya ingin mengambil kalung dan mendorongnya”kata seorang dari orang bertopeng dan menarik kalung dari leherku itu sakit
“Kalian jangan membunuhnya kakakku dia tidak salah apa-apa”kataku sambi menangis
“Iya kamu benar kami akan melemparnya ke sungai,ohh iya laura kamu mau ngomong sesuatu pada adik tersayangmu”kata seorang dari orang bertopeng
“Adiku yang kakak sayangi kamu harus turuti permintaan kakak kamu harus menjadi orang yang pemaaf dan tidak menyipan dendam kalau kamu kangen sama kakak kamu lihat aja bintang kakak ada disana I LOVE YOU Veronika” kata kakakku dan kakak kutlah jatuh aku tak tau mau bilang apa lagi mereka langsung menarik aku. Aku langsung digampar dan aku hanya ingat tiba-tiba aku udah ada di rumah sakit kulihat badanku penuh dengan luka ternyata aku udah koma selama 3 hari

Aku rasa ada yang kurang aku baru ingat kakak laura dan aku lihat wajah mereka semua sedih aku menjadi bingung ada apa sebenarnya aku tanya sama kakak Glen adalah kakak nya kak laura
“Kak Glen kak Laura mana kok dia gak kelihatan kak kasih tau aku dong kak “kataku penasaran
“Kak Laura tlah tiada di jatuh kesungai dan kamu ada disini karna kakak ketemu kamu udah penuh dengan darah “ kata kak glen sambil menangis
“ Tidak mungkin ini semua karna Rein aku tau kalau dialah dalangnya “kataku sambil menangis karna tidak kuat mendengar. Semenjak kejadian itu aku hanya diam terkadang air mataku keluar sendiri

Mama tidak mau melihat aku menangis akhir mama memutuskan untuk pindah agar aku lupa sama kejadian itu. Tetapi itu sama saja malah bikin aku sedih dihatiku hanya ada kata benci sama cowok sesampai aku masuk sekolah SD aku hanya mempunyai teman perempuan aku ingin mempunyai teman laki-laki aku iri sama orang yang bisa mempunyai teman laki –laki coba kejadian itu tidak terjadi pasti aku bisa mempunyai teman laki-laki
“Hai Vero main yuk bareng kami pasti seru “kata Mutiara mengajakku main
“Ngga deh mutiara aku jadi penonton aja” kata ku sebenarnya aku mau main bersama mereka
“Kamu jangan sedih ngga semuanya didunia ini seperti pacar kakak kamu percaya deh, anak laki-laki disini baik kok ayo main bareng kami” kata Rifki meyakinkan ku hari demi hari aku mulai belajar melupai kebencian aku kepada laki-laki.

Sampai sekarang masa lalu itu tidak pernah bisa aku lupakan difikiranku laki-laki itu jahat hanya bisa menyelesaikan masalah dengan kekerasan sedikit mulai sedikit aku mulai melupakan masalalu itu karna seseorang yang meyakinkan ku tentang laki-laki dia bilang “didunia ini tidak semua laki-laki seperti pacar kakak kamu percaya deh kamu tidak usah takut lagi”kata dia Tetapi sekarang dia pindah sekarang dia tinggal di Batam. Aku akan slalu menunggunya dan aku percaya tuhan akan mendengarkan doaku trimakasih tuhan engkau tlah mengirim orang yang bisa mengubahku menjadi orang yang tidak berfikiran jelek lagi tentang laki-laki sekarang hidupku sudah mulai tenang. Aku juga percaya bila kakakku tlah pergi dia pasti sekarang lagi di surga.

Kakak aku sudah menjalani apa yang kakak inginkan kakak sekarang cita-cita ku adalah menjadi guru agama. Aku janji Kak Aura aku akan jadi guru agama yang mengajarkan anak muridnya menjadi anak yang takut akan tuhan. Aku masih ingat apa kata kakak kepadaku “Veronika kakak mau kamu jadi anak yang pemaaf dan ingat jangan pernah kamu menyimpan dendam sama orang tuhan benci sama orang yang pendendam saat kakak tidak ada kamu mau kan menyanyikan lagu untuk kakak. Memang kakak tlah tiada tapi kakak ada di bintang melihat dirimu dan mendengarkan kamu menyanyi kakak akan tetap mencintai mu I LOVE YOU VERONIKA FOREVOR”kata kakakku. Kakak aku akan memngabulkan permitaan kakak lagu ini aku yang buat

Tuhan engkau sungguh baik
Engkau memberikan ku kakak yang mencintai aku apa ada
Tuhan jagalah dia untukku
Aku tak mau dia terluka sedikit pun
Tetapi bukan berarti engkau mengambilnya
Aku merasa kehilangan dirinya
Dirinya yang slalu membuatku semangat
Bintang tolong bilang sama kakakku
Aku akan slalu mencintainya
Seperti kakakku mencintai aku selalu
Aku percaya engkau akan menjaganya

I LOVE YOU KAK AURA
Sekarang aku hidup dengan cinta sahabat dna cinta keluargaku. Walau sekarang tidak ada lagi cinta yang tulus dari kakak sepupu. Trimakasih Tuhan engkau tlah mengasihku pengganti cinta kakakku yaitu sahabat yang slalu ada untukku saat aku sedih maupun bahagia dan keluarga yang mencintaiku slalu dan cintamu tuhan aku akan menunggumu kakak

SELESAI

(Karya: Veronika)

Cerpen Antara Cinta dan Shabat


Antara Cinta dan Sahabat
               Disebuah gang perumahan yang sepi aku berjalan. Tak ada satu orang pun yang nampak disana, yang ada hanya aku ditemani suara jangkrik yang saling bersautan. Jalan itu nampak gelap, karena hanya ada beberapa lampu kecil yang meneranginya. Untung saja rembulan yang sedang bersinar terang bersedia menemani langkahku.
                Tak lama kemudian para tetanggaku satu per satu keluar. Mereka bersiap untuk menghadiri syawalan yang diadakan oleh warga RT 19. Gang disebelah rumahku sekarang menjadi ramai oleh canda tawa orang-orang yang akan berbagi kata maaf.
                Acara dimulai jam 8, namun aku, ayah, dan ibu berangkat lebih awal. Kami menyusuri jalan di perumahan dengan berjalan kaki. Jarak dari rumah ke balai RT memang dekat, hanya 50M ke utara.
                Di jalan kami bertemu dengan Pak Sukirno.
                “Sugeng ndalu pak.” Sapa Pak Sukirno pada Ayah.
                “Sugeng ndalu, monggo sareng-sareng,” jawab Ayah. Kamipun berangkat bersama.
                Aku melewati salah satu rumah yang didepannya telah berdiri seseorang yang sangat aku kenal. Dia adalah teman masa kecilku dan juga kakak kelasku sewaktu SD, namanya Awan.
                Sudah lama aku tidak bertemu dengan Awan. Dia pindah ke Jakarta setelah lulus SD dan melanjutkan sekolah disana. Aku sangat senang ketika melihat Awan telah kembali ke Jogja. Namun saat bertemu denganku Awan seperti tak mengenalku. Awan hanya diam sambil menatapku.
                “Apa Awan sudah lupa padaku?” tanyaku dalam hati.
                Sesampainya di Balai RT, ternyata sudah banyak orang disana. Aku bersalaman dengan para tetangga sambil mencari tempat duduk yang masih kosong. Saat kami sudah mendapat tempat duduk, dua orang pemuda mengantarkan minuman dan snack ke tempat dudukku.
                Mengapa Awan tak kunjung datang? Bahkan sampai acara dimulai Awan masih belum datang. Aku mengikuti acara demi acara dengan khidmat walaupun fikiranku melayang kemana-mana. Handphone disaku celanaku bergetar, pertanda bahwa ada sebuah pesan yang masuk. Aku tidak tahu siapa pengirim pesan tersebut, karena tidak tertera nama si pengirim hanya ada deretan angka.
Dian maaf lahir batin ya. Maaf tadi belum sempat bersalaman soalnya aku buru-buru mau ke Magelang.
                “Mungkinkah Awan yang mengirim pesan ini? Dari mana dia mendapatkan nomorku?” aku mencoba menebak.
                Untuk memastikannya aku membalas pesan tersebut
                Iya sama-sama, maaf ini dari siapa ya?
                Aku tak sabar menunggu balasan dari si misterius. Tak lama kemudian hanphoneku kembali bergetar. Aku membuka pesan tersebut dan membacanya.
Dian aku Awan. Kamu masih inget sama aku kan? Dulu kita sering bermain bersama :D. Aku rindu kamu.
Ternyata dugaanku benar, Awanlah yang mengirimkan pesan padaku. Aku sangat senangAwan masih mengingatku, dia tidak melupakanku. Akupun membalas pesan Awan.
Tentu saja aku masih ingat. Dulu kita sering bermain bersama. Aku juga rindu padamu, sudah lama kita tidak bertemu. Akmu dapat nomorku dari siapa?
                SMS-an itu terus berlanjut. Aku mengajak Awan untuk berkeliling dan jalan-jalan ke esokan harinya. Tidak hanya kami berdua, aku juga mengajak Risa dan Adis. Awan bercerita banyak tentang pengalamannya. Aku juga bercerita tentang pengalamanku kepada Awan.
                “Gimana sekolahmu?”  tanya Awan.
                “Baik, aku dapet banyak teman baru di SMP. Kamu sendiri gimana? Oh ya, kapan pindah ke Jogja?”
                “Baik, aku pindah ke Jogja udah delapan bulan yang lalu, sekarang aku udah sekolah di SMA Negeri disini.” Jawab Awan.
                “Lho, udah lama to? Tapi kok aku enggak pernah liat kamu ya. Padahal rumah kita kan deket.”
                “Hah masa sih kamu gak pernah ngeliat aku? Oh mungkin karena aku sering lewat jalan sebelah utara dibanding lewat jalan depan rumahmu.”
                “Mungkin juga.”
                Tiba-tiba Risa dan Adis menghampiri kami dengan sedikit rasa kesal. Mereka kesal karena kami asyik mengobrol sendiri. Kami sampai lupa dengan Risa dan Adis.
                “Bagus ya kalian asyik ngobrol berdua, sampai-sampai aku dan Adis dijadikan obat nyamuk.” Risa mengomel padaku dan Awan.
                “Iya nih, tuh nyamuk-nyamuknya sampe pada mati gara-gara ada dua obat nyamuk disini.” Tambah Adis.
                “Iya maaf, aku kan sudah lama tidak bertemu dengan Awan.” Aku mencoba meminta maaf.
                “Maaf Risa, Adis. Kami tidak bermaksud untuk nyuekin kalian.” Awan mencoba membantuku.
                “Iya kami juga memahami kok, tadi kami Cuma becanda kali.” Tukas Adis.
                Aku dan Awan merasa lega mendengar perkataan Adis barusan. Risa dan Adis lalu bergabung dengan kami, kami berempat mengobrol dan bercerita banyak tentang pengalaman masing-masing. Sekedar untuk melepas rindu.
                                Sejak saat itu aku dan Awan menjadi lebih dekat karena kami sering berkirim SMS. Rasa itu mulai tumbuh, jantung ini berdegup kencang saat aku menerima pesan darinya. Apa yang terjadi padaku? Apa aku terkena penyakit jantung?
                Hari Sabtu telah tiba, hari terakhir aku selesai Ulangan Tengah Semester. Kebetulan aku sekarang duduk dikelas IX SMP. Aku belajar sungguh-sungguh agar nilaiku bagus, karena nilai UTS berpengaruh terhadap nilai kelulusanku. Jadi selama UTS berlangsung aku sengaja untuk tidak menghubungi Awan.
                Saat pulanng sekolah tiba-tiba Handphoneku bergetar. Ternyata pesan dari Awan. Jantungku kembali berdebar. Aku mulai membaca pesan tersebut.
                *Hei Dian, gimana UTSnya? Lancarkan?
                Aku membalasnya dengan jantung yang serasa mau copot dari tempatnya.
                *Hei juga, lancar dong... :>
                *Dian kenapa setiap kamu SMS jantungku berdebar ya?
                Aku merasa terkejut membaca pesan tersebut. Ternyata Awan merasakan hal yang sama seperti apa yang aku rasakan.
                *Benarkah? Mungkin aja kamu lagi sakit, atau ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu.
                Aku mencoba berbasa-basi, aku tidak mau Geer dulu sampai akhirnya Awan membalas pesan dariku.
                *Memang kamu benar, ada yang mengganggu pikiranku. Kamulah yang selalu mengganggu pikiranku. Kamu selalu ada dalam pikiranku. Tanpa aku sadari aku udah jatuh cinta sama kamu, maukah kau menerimaku menjadi kekasihmu? J
                Hah? Aku hanya bisa diam membaca pesan tersebut. Apakah ini mimpi? Tapi jelas-jelas ini bukan mimpi. Aku tak percaya Awan menyatakan perasaannya padaku. Senang, kaget, dan bingung berkecamuk dalam hatiku. Rasanya campur aduk tidak karuan. Ibarat jagung bakar rasa nano-nano.
                *Kamu beneran?
                *Iya, aku serius Dian.
                *Tapi aku tidak bisa menjawab sekarang, aku butuh waktu untuk berfikir.
                *Okey, aku kasih kamu waktu.
                Butuh waktu dua hari untukku berfikir. Aku sengaja menjawabnya saat Awan sudah selesai UTS. Ya, Awan sekarang sudah duduk di kelas X SMA, dan dia baru akan menjalani UTS. Aku tidak mau mengganggu konsentrasinya dengan jawabanku.
                Hari yang ditunggupun tiba, aku harus menjawab pertanyaan Awan. Sebenarnya berat untukku menyampaikan jawabanku.
                “Dian bagaimana jawbanmu?’
                “Emm, maaf Wan aku tidak bisa, aku sudah kelas sembilan. Aku harus fokus ke ujianku dulu.”
                Raut Wajah Awan seketika berubah.
                “Apa tidak ada kesempatan bagiku? Aku janji tidak mengganggu kamu dalam belajar.”
                “Maaf Wan aku tetap tidak bisa.”
                “Okey kalau begitu aku akan tunggu sampai kau selesai Ujian dan lulus dengan nilai yang baik.”
                Sejak saat itu aku dan Awan mulai jauh. Awan mengenal salah seorang sahabatku di SMP. Tak kusangka Awan mulai menyukainya. Sebuah penyesalan mulai Timbul. Awan menyatakan perasaannya pada sahabatku, padahal mereka belum pernah bertemu secara langsung. Mereka hanya berkomunikasi lewat SMS.
                Ujian Nasional tiba, aku melewatinya dengan kondisi kurang sehat. Satu hari sebelum ujian aku terkena demam. Alhasil aku tidak fokus mengerjakan soal-soal ujian. Aku mendapatkan NEM tidak sesuai target, namun aku bersyukur. Karena rata-rata nilaiku masih diatas delapan.
                Hubunganku dengan Awan sudah membaik. Aku menganggapnya sebagai sahabat dan seorang kakak. Aku menganggapnya sebagai kakak pengganti kakakku yang sudah lama meninggal. Aku memang ingin mempunyai seorang kakak laki-laki yang bisa melindungiku, mengerti keluh kesahku dan menampung curahan hatiku saat aku senang ataupun susah, namun rasa itu belum hilang.
                Kini aku tak lagi memakai seragam putih biru, sekarang aku memakai putih abu-abu. Aku dan Awan semakin dekat, bahkan aku mempunyai seorang kakak lagi, namanya Gusti. Aku mengenal Gusti dari Awan.
                Aku merasa Gusti lebih baik dari Awan. Gusti selalu memperhatikan dan mengingat apapun yang aku katakan. Tidak seperti Awan, dia tidak pernah memperhatikan apa yang kuucapkan, bahkan dia lupa denan janji yang dia ucapkan padaku.
                Aku selalu mencoba untuk menjauhinya, namun aku tak sanggup. Setiap aku mencoba menghilangkan rasa istimewaku padanya, dia selalu saja muncul secara tiba-tiba. Apa boleh buat, mungkin ini yang terbaik. Aku memiliki dua orang kakak laki-laki seperti apa yang aku inginkan, dan persahabatanku dengan Awan tidak hancur. Karena aku menganggap bahwa persahabatan itu lebih abadi daripada cinta. Dan sahabat itu lebih berarti dari apapun.
                Gusti dan Awan memang sahabatku yang baik. Mereka ada disaat aku senang maupun susah. Mereka selalu menampuing ceritaku walaupun aku sering berlebihan sampai membuat mereka kesal.
                Terima kasih karena kalian telah mengembalikan senyumku yang telah lama pudar. Karena kalian mau menjadi kakak, sekaligus sahabat untukku.
                Waktu terus berlalu, persahabatanku dengan Awan dan Gusti pun terus berjalan. Aku lebih banyak melewati hari-hari bersama Awan, karena aku dan Awan memang bertetangga. Sedangkan Gusti, jarak rumahnya jauh dari rumahku dan Awan. Awan membuat hari-hariku semakin berwarna. Dia juga selalu membuatku tersenyum bahagia. Rasa istimewaku para Awan yang sudah lama terkubur, kini tumbuh kembali.
                Suatu hari awan menemukan buku catatanku, di dalam buku itu ada nama seseorang yang aku sukai. Tanpa aku ketahui dia membaca nama itu.
                “Dek, kakak boleh tanya sesuatu?” tanya Awan padaku.
                “Iya kak, tanya aja”  Sahutku dengan nada santai.
                “Tapi kamu jawab jujur ya?” pertegas Awan terhadapku.
                “Iya kakak.” 
                “Siapa orang yang kamu sukai sekarang?”
                “kamu udah tau jawabannya kak.”
                “Apa orang itu dekat denganmu?”
                “Iya kak.”
                “Orang itu aku kan?”
                “Kakak Yakin dengan jawaban kakak?”
                “Iya, aku yakin dek. Sebenarnya aku juga masih sayang sama kau dek. Waktu kamu kasih aku kado ulang tahun, aku udah mulai yakin kalau kamu juga sayang sama aku. Dari cara kamu marah waktu cerita ke kamu tentang cewek lain, aku tahu kamu cemburu.”
                “Maksudnya?”
                “Alah, belagak gak tau. Aku sayang sama kamu dek, kamu mau jadi kekasih aku?”
                “Tapi bagaimana dengan persahabatn kita kak?”
                “Bukannya kita bisa lebih dekat nanti.”
                “Iya sih, tapi aku butuh waktu buat mikir.”
               
 “Oke, aku tunggu sampai kamu siap jawab.”
                Hari yang ditunggu Awan tiba. Aku akan menjawab pertanyaan Awan. Kami berdua bertemu di Cakrok dekat Gereja.
                “Jadi gimana jawbanmu dek?”
                “Emm.. iya kak aku terima kakak, kakak tahu kenapa aku mau terima kakak jadi pacar kakak?”
                “Enggak dek, emang kenapa?”
                “Karena kakak selalu ada buat aku, kakak selalu buat aku tersenyum.”
                “Makasih ya dek. Aku sayang sama kamu dek.”
                Sejak saat itu aku dan Awan menjalani setiap kegiatan berdua. Awan sangat perhatian  padaku. Akupun juga sangat menyayanginya melebihi diriku sendiri. Aku mencintai Awan sekarang, besok dan seterusnya.

(Karya :
 Nia Verdiana)